Senin, 05 Oktober 2020

Pengusaha, Why Not?

         Menjadi pengusaha tentunya bukan perkara mudah bagi sebagian orang. Ada yang rela meluangkan waktunya hanya untuk fokus pada usaha yang ia bangun. Ada yang sama sekali tidak berminat dengan dunia usaha. Khususnya di masa pandemi covid-19. Tak jarang banyak pengusaha yang gulung tikar karena tidak jalannya usaha yang ia bangun. Merujuk pada Survei LIPI: 41% pengusaha bertahan hingga Juli, Agustus. Padahal, kalau kita mampu melewati masa sulit tentunya kita memiliki mental yang kuat dan pondasi kokoh dalam mengarungi pasang surut usaha.

Sebagai contoh termasuk penulis sendiri kian berusaha untuk tetap bisa menjalankan usaha menulis free writing setiap pagi. Genap sebulan tidak melakukan free writing bersama tim Alinea, bukan berarti tidak ada tulisan yang tertorehkan. Intinya tetap menulis, setiap hari, hehe (membela diri). Mungkin inilah gelombang pasang surut usaha yang telah dilakukan. Ops, kembali ke topik di atas.

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Mardani H. Maming berbagi kiat menjadi pengusaha tangguh di masa sulit terjadinya covid-19. “Hal pertama yang harus ditanamkan dalam diri adalah jangan putus asa, apalagi mudah menyerah dengan keadaan. Yakinlah selalu ada peluang dalam setiap kesulitan” katanya pada Antara, Kamis, 7 Mei 2020.

Pasti teman-teman sepakat dengan ungkapan Mardani di atas. Sebab langkah awal memanglah dimulai dari diri kita sendiri, dari hal kecil, terdekat, dan semampu yang kita bisa. Bahkan tak dapat dipungkiri bagi sebagian orang yang mahir membaca peluang ia akan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, alias tidak terlena dengan keadaan. 

Menjadi pengusaha bukan mesti kita harus memiliki omset yang besar, modal banyak, dan lainnya. Di era milenial ini lebih mudah untuk menjadi pengusaha online maupun offline. Misal, tinggal posting produk yang kita jual di media sosial tentunya kita sudah dikatakan pengusaha bukan? Saya sudah memulainya dan sadar akan bisnis sedari dini, bagaimana dengan kamu? Yuk kita bersama-sama saling belajar. Salam pengusaha sukses!

Senin, 31 Agustus 2020

Di Balik Kata Amanah

 Berangkat dari pengertian, kata “amanah” secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Dari definisi ini dapat kita pahami bahwa adanya keterlibatan di antara pemberi dan penerima amanah, di mana di antara keduanya harus saling bekerja sama agar amanah dapat tegak sempurna.

Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, amanah ada tiga macam:

1. Amanah terhadap Allah Swt

Sebagai makhluk yang diciptakan Allah di muka bumi, kita memiliki amanah untuk mengabdi dan beribadah hanya pada Allah. Sebagaimana terkandung dalam QS. Az-Zariyat: 56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

2. Amanah terhadap Sesama Manusia

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kewajiban yang harus ditunaikan sebagai konsekuensi dirinya sebagai bagian dari masyarakat di mana ia hidup. Hal ini terkait dengan interaksi sosial dan menjaga keharmonisan di antara sesama. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kau menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa: 58)

3. Amanah terhadap Diri Sendiri

Sebagai makhluk individu, manusia memiliki tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang harus diselesaikan sendiri. Allah menegaskan bahwa: “Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.” (QS. Al-Mukminun: 8).

Dari ketiga ayat di atas, kita dapat menarik benang merah, di mana sifat amanah melekat pada setiap individu, sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, individu, dan makhluk sosial.


Minggu, 30 Agustus 2020

Cinta Hakiki

 Menarik, Sujiwo Tejo dan Candra Malik menuturkan “Mencintai itu kata kerja, dicintai itu kata sifat. Tapi cinta bukan kata benda. Cinta itu kata hati”. Kita akan tahu siapa yang benar-benar mencintai kita saat kita tengah berada dalam kesusahan. Mereka yang tidak meninggalkan, saat kesusahan menghampiri diri adalah ia yang merealisasikan cintanya dalam perbuatan.

Unik, Allah Swt menjadikan bahasa hati sebagai pemeran utama dalam cinta. Sebab, hati tak bisa dibohongi. Antara sesama mukmin juga diwajibkan untuk menumbuhkan kasih sayang. Tanpa harus jauh, mari kita telisik kembali orang-orang terdekat yang benar-benar memberikan cintanya dengan tulus.

Siapa dia? Tentunya orang tua, keluarga, sahabat, kekasih,tetangga, bahkan teman di dunia maya. Kita tidak pernah tau menaruh hati pada siapa, tapi kita bisa mengelola rasa cinta dari Sang Maha Pemilik Cinta.

Bila kaula muda tengah dilanda kegalauan akan melabuhkan cinta dengan siapa, mari cek kembali sudahkah kita mengomunikasikan cinta pada-Nya. Mohon petunjuknya agar tak salah melangkah. Terlepas dari itu, ikuti kata hati nan paling dalam, apa sebenarnya mau diri ini? Berbahagialah dengan cinta yang kau punya. 

Mungkin kau tak bisa menilai secara material. Namun, immaterial lebih dominan dalam cinta hakiki. Saat engkau merasa tanpa beban untuk menjalankan sesuatu, semisal berbuat baik pada orang tua, membantu teman, atau hanya sekadar memberi perhatian pada kekasih halal. Yang tak akan hitung-hitungan dengan pengorbanan nan diberi. Itulah cinta hakiki.  


Sabtu, 29 Agustus 2020

Bingkai Profesional

 Profesional menurut versiku adalah ketika seseorang melakukan pekerjaan dengan penuh kesadaran, optimal, dan tanggung jawab. Artinya ia tidak main-main dengan pekerjaan yang dibebankan padanya. Juga ia yang menyelesaikan pekerjaan dengan tertib dan menyelesaikan hingga tuntas.

Seyogyanya bila setiap manusia menanamkan sikap profesional dalam diri, maka bisa dipastikan kesejahteraan akan tercapai. Profesional dimulai dari dalam diri kita sendiri. Ketegasan yang kita buat akan mencuat ke permukaan bila selalu kita iringi dengan usaha dan doa untuk mewujudkannya.

Tidak sedikit orang yang mengerjakan sesuatu dengan setengah-setengah dan menyia-nyiakan waktu. Padahal Allah Swt sudah menjelaskan melalui firman-Nya: “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (QS. Al-Insyirah: 7).

Sungguh, bingkai profesional bukanlah suatu yang instan. Ia ditempah dengan istimewa untuk menjadi pribadi nan unggul berdaya guna. Malu, bila diri masih saja belum bisa profesional. Tidak ada kata terlambat untuk mengawalinya. Kita adalah pencipta bingkai profesional itu yang kelak akan kita tuai hasilnya. Salam semangat mengukir bingkai terindah!


Simpang Jati, 29 Agustus 2020

Pukul 06.51 WIB


Jumat, 28 Agustus 2020

Rezeki Tak Pernah Padam

 Rezeki tidak hanya pada material. Bahkan banyak dari kita meraih rezeki immaterial yang sungguh tak ternilai harganya dengan apapun jua. Namun, kerap kali kita membandingkan rezeki yang kita peroleh dengan orang lain. Dengan dalih kita sama-sama manusia yang berhak untuk hidup sukses di bumi-Nya.

Bila kita hitung-hitung nikmat Allah tentulah kita tak dapat menghitungnya. Dari mulai kita bangun tidur hingga tertidur kembali. Bayangkan saja bila satu hirupan udara harus kita bayar. Sudah berapa milyar yang kita habiskan? Pun begitu dengan terik matahari yang sangat bermanfaat bagi kehidupan seluruh alam. Air dan semua elemen di mula bumi yang Allah ciptakan untuk menopang kehidupan makhluk-makhluk-Nya di muka bumi.

Lantas, mengapa kita masih saja enggan bersyukur? Baiknya bila kita mulai dari diri kita terlebih dahulu. Apa yang sudah kita perbuat seharian mencerminkan rasa syukur atau tidak? Bila kita merencanakan hari dengan baik, maka itulah wujud kita menghargai kehidupan yang Allah beri. Namun, bila kita enggan untuk merencanakan segala aktivitas yang kita lakukan, maka tergolong kurang bersyukur.

Lihatlah orang-orang yang mencintaimu dengan tulus. Apakah mereka menyia-nyiakanmu? Tentu tidak bukan? Nah, dari situ bisa kita ambil ibrahh bahwa sungguh nikmat rasanya dihargai dan disayangi. Seyogyanya rezeki Allah yang tak pernah padam selalu mendekap kehidupan kita.


Simpang Jati, 28 Agustus 2020

Pukul 06.51 WIB

Selasa, 25 Agustus 2020

Seni Mencintai Diri

Siapa lagi yang akan mencintai diri kita kalau bukan kita sendiri. Sampai kapanpun kita tidak akan bisa menjadi orang lain, walaupun kita menginginkannya. Kita adalah individu yang lain dari yang lain, banggalah dengan itu. Namun tetap, kita perlu mengikut orang-orang baik itu dengan tetap menjadi diri sendiri.

Anehnya, mengapa kita selalu marah jika ada yang menghina kita? Bukankah setiap hari kita menghinakan diri sendiri; pada diri yang sadar banyak kejahilan dan belum juga bergerak untuk belajar. Diri yang kerap kali menyadari kesalahan dalam diri. Namun enggan berbenah.

Mau sampai kapan terus begini? Untuk jiwa-jiwa yang merindu ketenangan. Kau hanya perlu berubah, bukan yang lain. Jangan sampai penyesalan menggerus asamu mendamba cinta hakiki dalam diri.

Lihatlah sekelilingmu, pada apa yang sudah kau miliki. Polesan apa yang pantas dilukiskan untuk menggores peradaban nan menjadi saksi dirimu di tempat ini. Dimulai dari diri sendiri, dari hal terkecil yang dianggap biasa. Namun nyatanya sangat berdampak dalam keseharianmu. Misal, bangun lebih awal, agar kau bisa menuntaskan segala tugas lebih cepat dari biasanya. Atau kau lebih memiliki banyak waktu atas dirimu nan kurang tertata hatinya.

Bisa saja kau membohongi orang lain, tapi tidak dengan dirimu. Terlebih Tuhan-Mu nan menciptamu. Jangan pernah merasa beban hidupmu lebih berat dari yang orang sandang. Jangan juga menyalahkan keadaan. Kau beruntung berada di posisi yang banyak orang di luar sana menginginkan posisimu. 

Kau perlu merenungi dan menyelami dirimu sendiri. Agar kau menemukan cinta hakiki yang hanya bisa kau temukan sendiri. Sebab engkau adalah empu bagi dirimu sendiri, mau sebandal atau sebaik apapun dirimu dalam menyikapi derap langkah kehidupan. 

Semangat mencintai diri

Salam berbenah!

Bersambung...


Simpang Jati, 25 Agustus 2020

Pukul 07.51 WIB

Senin, 24 Agustus 2020

Mata-Mata Kamera

Kecenderungan untuk berbagi atas segala aktivitas dunia nyata ke dunia maya sering kali dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. Tidak hanya kaum remaja, emak-emak juga suka. Meski tidak semua bisa kita pukul rata.

Sebenarnya apa manfaat kita mengupdate status bila hanya untuk mengajak mata-mata kamera itu datang mengintai setiap gerak-gerik kita dan sekaligus mengabarkannya ke semua orang? Namun, mengapa pula kita yang merasa risih seakan semua orang mengomentari hidup kita? 

Oke, bila postingan kita bermanfaat. Setidaknya tidak menyita waktu seseorang yang melihat postingan tersebut. Nan amat disayangkan bila tujuan memposting itu hanyalah untuk mencari perhatian atau malah sensasi belaka.

Kita ketahui bahwa di era digital, yang mana smartphone mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat menjadi benda yang pantang tertinggal saat kita bepergian ke manapun. Dapat dikatakan sahabat setia nan menemani perjalanan hidup. Biarpun sahabat, kita juga harus paham dengan karakternya. 

Jangan biarkan mata-mata kamera menyorot hal-hal tak penting yang menggelayuti perjalanan kita. Lebih jauh, marilah kita introspeksi diri. Seberapa bijak kita dalam memanjakan mata-mata kamera.


Simpang Jati, 24 Agustus 2020

Pukul 07.14 WIB

Rabu, 19 Agustus 2020

5 Kekuatan Dahsyat Atasi Quarter Life Crisis

 Setiap orang yang tengah memasuki fase kedewasaan pastilah menginginkan hidupnya lebih baik dan bahagia. Namun, tak jarang kita temui dalam fase usia 20-25 tahun dihadapkan dengan kebingungan atau galau dalam masalah pekerjaan, karir, pasangan, dan pencarian jati diri. Kondisi ini tidak boleh dianggap remeh. Karena bila Quarter Life Crisis tidak segera ditangani akan menyebabkan munculnya depresi. Berikut 5 kekuatan dahsyat atasi hal tersebut:

Pertama, Spiritual Power atau disebut kekuatan spiritual. Ialah saat kita menemukan kesuksesan sejati, dekat dengan Sang Pemilik Kesuksesan. Pastilah  hidup kita lebih terarah. Kekuatan inilah yang menjadi pondasi utama dalam beraktivitas.

Namun, perlu kita akui bersama bahwa kita lebih banyak waktu untuk bekerja dari pada hal-hal lain terutama ibadah. Separuh lebih dari waktu kita untuk mengejar karir. Oleh sebab itu, kita sering lupa mengisi ruang-ruang dalam diri kita untuk mendekat kepada Allah Swt.

Misal karena dikejar target atau kesibukan dunia lainnya, sholat yang hanya beberapa menit dilakukan amat terburu-buru hanya sebagai penggugur kewajiban, bukan aktivitas menghadap Sang Khaliq, pemilik sumber kekuatan. Doa menjadi sekadar hafalan tanpa memahami makna. Aktivitas yang padat membuat kita mengabaikan Sang Pencipta. Itulah penyebab kita kehilangan peluang terbesar pertumbuhan spiritualitas.

 Amat disayangkan bukan? Padahal bila kita asah mental spiritualitas dengan membiasakan melakukan sholat dengan khusyuk, puasa wajib dan sunnah, sholat tahajjud, dhuha, perbanyak membaca Al-Qur’an, sedekah dalam menegakkan serangkaian amar ma’ruf nahi mungkar kita akan terpelihara dari kegalauan.

Kedua, Emotional Power ialah kekuatan emosi. Banyak para peneliti mulai merasakan begitu pentingnya kecerdasan emosional (EQ) yang menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang. Kita lihat, banyak orang cerdas bahkan jenius dengan IQ di atas rata-rata, namun di dunia kerja hanya ditempatkan di level bawah, karena kepribadiannya yang kurang disukai atau sulit bersosialisasi, meski tidak semuanya seperti itu.

Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari agar EQ meningkat dan terus berkembang. EQ tidak didapat begitu saja, karena EQ adalah akumulasi dari kecenderungan individu yang bersifat bawaan dengan faktor lingkungannya. Maka EQ dapat dilatih dan dibentuk. Attitude adalah salah satu faktor penting, karena dari attitude atau akhlak inilah kita dapat menilai emosi seseorang. Sumber dari attitude tiada lain adalah karakter dari pada diri masing-masing individu.

Kita tidak akan mengalami Quarter Life Crisis bila pengaplikasian EQ kita sangat baik dan telah menjadi karakter. Maka sangat penting menjaga setiap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang pada akhirnya akan menentukan nasib kita. Mengapa? karena dengan karakter inilah kita mengambil pilihan-pilihan takdir hidup.

Ketiga, True Financial Power ialah kekuatan finansial. Bila kita sudah mapan secara perekonomian dengan manajemen finansial yang baik, hidup menjadi lebih bijaksana, karena kehidupan kita juga tak dapat dipisahkan dari finansial. Merugi bila di usia 20-an kita masih saja bermental miskin, seperti ingin hasil instan, lebih banyak membeli barang yang konsumtif, menghalalkan segala cara, mengandalkan orang lain, tidak mau berubah (jumud), senang menerima, dll.

Melatih kemandirian sejak dini adalah satu hal pasti yang tak boleh kita lupakan. Dimulai dari hal terkecil dalam penggunaan waktu, menggali potensi diri, mulai berwirausaha, dan tidak malas-malasan. Masa muda adalah masa untuk terus berkarya dan berbenah. Kita harus percaya diri dan tidak membandingkan diri kita dengan yang lain. 

Keempat, Intellectual Power. Berbicara mengenai kekuatan intelektual, masyarakat pada umumnya biasa mengkorelasikan dengan kemampuan otak untuk berpikir atau lebih dikenal dengan sebutan Intellectual Quotient (IQ). IQ adalah salah satu anugerah Allah yang harus disyukuri, salah satunya dengan mengoptimalkaan kinerjanya. 

Dalam hal ini, kita harus paham definisi satu per satu fungsi otak kanan dan otak kiri. Otak kanan yang lebih dikenal dengan otak kreatif dan imajinatif, sangat bermanfaat untuk membuat solusi kreatif dari setiap permasalahan yang kita hadapi, hingga tidak berlebihan jika para pengusaha sukses menggunakan potensi otak kanan ini untuk berani memulai, berani mengambil resiko, dan membuat sebuah formula khas untuk menyelesaikan setiap permasalahan dalam tubuh perusahaan. Namun, jika lebih dalam kita renungkan kembali. Setiap orang tetap membutuhkan otak kiri sebagai penyeimbang. Karena memang di sinilah kita dapat melihat begitu pentingnya peran otak kiri dalam menunjang kesuksesan. Orang yang hanya mengandalkan otak kanannya cenderung ceroboh dan boleh jadi mengambil sebuah keputusan yang fatal akibatnya karena tidak memakai perencanaan dan manajemen resiko yang baik. Di sinilah otak kiri unjuk gigi.

Keseimbangan di antara otak kanan dan kiri sangat menunjang kecemerlangan ide sebagai makhluk intelek. Kreativitas kita akan semakin mencuat. Dengan begitu waktu kita akan selalu terisi dengan hal-hal produktif dan disibukkan dengan hal-hal positif.

Kelima, Action Power. Berarti kekuatan untuk beraksi, mengerjakan semua ilmu yang telah dimiliki, dan menuliskan perencanaan matang mengenai langkah-langkah kongkrit yang akan dilakukan. Action Power terdiri dari: kesadaran akan visi hidup, membuat list peran hidup, merancang life board, proklamasi kemerdekaan diri, target bulanan, target mingguan, list kelemahan dan kelebihan. 

Ya, sudah semestinya kita memiliki tujuan hidup yang jelas. Action now! Janganlah menunda-nunda. Lakukan dengan baik apapun yang telah kita rencanakan. Sebanyak apapun ide dan rencana kita. Bersiaplah menyongsong hasil yang baik pula.

Korelasi antara kekuatan spiritual (Spiritual Power), kekuatan emosi (Emotional Power), kekuatan finansial (True Financial Power), kekuatan intelektual (Intellectual Power), dan kekuatan aksi (Action Power) akan mengubah kegalauan menjadi kebahagiaan. Kekuatan itu bukan didapat secara instan, melainkan ditempah dengan penuh perjuangan. Sulit bila kita belum terbiasa hidup berdampingan dengan 5 kekuatan dahsyat itu. Akan terasa mudah dan nikmat bila menjalaninya. Yuk sama-sama kita buktikan.

Selasa, 18 Agustus 2020

Dampak Covid-19 di Dunia Pendidikan

 Di seluruh dunia bahkan sudah menembus angka 6,2 juta jiwa yang positif terkena virus tersebut di seluruh belahan dunia sedangkan di Indonesia sendiri sudah pada angka 28,2 ribu orang mulai dari  usia lanjut sampai anak-anak sudah menjadi korban keganasan virus ini. Keganasan wabah tersebut hampir berdampak pada semua sektor di Indonesia, salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah sektor pendidikan. 

Sehingga pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia mengambil langkah cepat dan antisipasi dini dengan menetapkan semua proses belajar mengajar mulai dari tingkat pendidikan tinggi hingga dasar di lakukan dari rumah atau secara daring, hal tersebut sebagai upaya pencegahan penularan wabah yang masif dan sangat cepat mengingat sekolah merupakan salah satu tempat berkumpulnya manusia dalam jumlah banyak

Di tengah keadaan dan kondisi sekarang, kreatifitas dan keaktifan para orang tua harus hadir utamanya saat pembelajaran yang dialihkan bersama orang tua di rumah. Setiap kegiatan pengajaran yang dilakukan bersama anak haruslah dengan cara yang asyik dan menyenangkan bagi anak yaitu dengan konsep bermain. 

Jika para orang tua tidak dapat membuat suasana asyik dan menyenangkan, akan berakibat kepada kejenuhan/kebosanan, dan berujung pada masalah perilaku seperti tantrum pada anak, atau anak akan beralih kepada aktivitas-aktivitas yang bersifat pasif dengan bermain handphone/gadget, dan menonton televisi dalam jangka waktu yang lama. 

Aktivitas-aktivitas pasif yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama tersebut akan memiliki pengaruh yang negatif dan buruk terhadap perkembangan anak, di antaranya rendahnya kreativitas yang dimiliki anak, kurangnya waktu tidur, meningkatnya obesitas pada anak dan banyak masalah lainnya yang disebabkan oleh aktivita Pandemi Covid-19 berimbas pada perekonomian masyarakat, terutama pekerjaan informal yang rentan berkurang pendapatannya hingga sampai kehilangan mata pencaharian lantaran tidak bisa kemana-mana dan sepinya permintaan di masa pandemi ini.

Salah satu pembelajaran yang merupakan dasar keilmuan namun menjadi sulit untuk diajarkan dan menjadi momok bagi banyak kalangan orang tua ialah mengajarkan matematika sejak dini, aktivitas di lapangan lebih cenderung kepada aktivitas baca, tulis, hitung (calistung) yang lebih dominan. Hal ini juga menyebabkan keterpaksaan secara kognitif sehingga terjadinya stress akademik kepada anak karena kurangnya unsur bermain dalam mengajarkan matematika kepada anak usia dini.

Implemetasi kegiatan pemebelajaran matematika cukup menyulitkan siswa dan guru saat pandemi Covid-19, apalagi siswa harus belajar dari rumah. Belajar jarak jauh di rumah berarti orang tua memiliki peran penting untuk memantau kegiatan anak di rumah selama sekolah diliburkan, apalagi kalau siswa diajak belajar matematika dalam jaringan (daring

). 

Sudah saatnya guru meninggalkan proses pembelajaran yang mengutamakan hafalan atau menemukan satu jawaban soal yang benar. Metode pembelajaran era globalisasi saat ini, pemanfaatan teknologi sangat dibutuhkan untuk pengembangan media dan multimedia pembelajaran matematika.


Pembelajaran matematika bagi anak usia dini akan lebih ringan dan mudah bila belajar matematika menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu dekat dengan konteks kehidupan sehari-hari dari lingkungan anak. Terlebih dalam situasi, kondisi, dan suasana sekarang, anak memiliki kesempatan yang banyak dalam belajar mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan yang menunjang pengetahuan kognitif mereka di rumah yang bermanfaat bagi pengalaman anak. 

Keluarga dalam hal ini orang tua dapat membantu pengenalan konsep matematika yang baru baik di masa sekarang maupun masa mendatang. Namun kebanyakan dari orang tua kurang menyadari pembelajaran matematika dapat ditemukan dalam kegiatan sehari-hari.

Cara yang dapat digunakan orang tua dalam pembelajaran matematika sederhana untuk membuat penemuan-penemuan baru yaitu berhitung dengan jari, ketika anak mengalami kesalahan dalam menghitung jari menjadi empat jumlahnya dalam satu waktu dan menjadi lima dalam waktu lain, hal tersebut merupakan sebuah perilaku matematika (mathematical behaviour), kesalahan terjadi karena anak berada pada tahapan matematika yang tidak logis.  

Selanjutnya dalam permbelajaran matematika tentang konsep jarak dan waktu dapat dilakukan dengan melihat kilometer sepeda motor/mobil ayah saat berangkat dan pulang dari suatu tempat. Pembelajaran angka dan pengenalan konsep bilangan dapat dilakukan dengan menghitung jumlah benda yang ada pada ruang tamu seperti kursi, meja, lemari dan sekaligus mengenalkan kosep besar-kecil, jauh-dekat, tinggi-rendah. Yang lebih sederhana lagi dapat menghitung langkah ketika masuk ke dalam kamar, hal sederhana tersebut menjadikan matematika merupakan bagian dari aktivitas keseharian anak di rumah.

Kita harus pandai menyiasati dampak Covid-19 di dunia pendidikan. Sebab, bila kita terlena dengan keadaan, bukan tidak mungkin akan tertinggal jauh. 

Rabu, 17 Juni 2020

Review Buku “Rahasia Di Balik Penciptaan Organ Tubuh Manusia”


Judul Buku   : Rahasia Di Balik Penciptaan Organ Tubuh Manusia
Penulis : dr. Muhammad Suwardi
Penerbit      : Zahira
Jumlah Hlm : 184
Edisi : Cetakan I, Januari, 2015
ISBN : 978-602-1139-68-4

Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan membaca buku ini sesuai target yang ditetapkan. Ketika membaca judulnya saya sudah tertarik dan kemudian membacanya hingga tuntas. Ditulis oleh dr. Muhammad Suwardi yang telah berpengalaman dalam dunia kesehatan sekaligus penulis "Rahasia Sehat Rasulullah yang Tak Pernah Sakit"

Buku ini terdiri atas empat bagian. Pada bagian satu, kita dikenalkan dengan ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia. Arti dan makna organ anatomi spiritual. Ada empat organ anatomi spiritual yaitu: otak, jantung, hati, dan lidah. Bagian dua mengenai anatomi spiritual dalam kehidupan, hubungan otak dan hati. Bagian tiga, patofisiologi anatomi spiritual. Bagian empat, penyakit anatomi spiritual dan terapi penyakit anatomi spiritual.

Dengan membaca buku ini kita akan semakin paham bahwa Allah menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia. Bahkan dalam organ tubuh kita sendiri syarat akan makna penciptaanya. Bila kita tarik garis dari organ jantung dari atas ke arah bawah, lalu melengkung. Kemudian, naik ke atas sampai otak. Lalu, dari otak, kita tarik garis menurun ke arah hati. Dari hati, garis tersebut melengkung menuju ke lidah, garis itu agak bergeser sedikit ke arah kanan. Keseluruhan garis tersebut akan membentuk lafadz "Allah". Ini belumlah sempurna untuk membentuk lafadz "Allah" karena kurang Alif. Dengannya, maka huruf Alif dibentuk oleh otak dan hati sebagai garis vertikal.
Jika direnungkan lebih mendalam, maka kesadaran diri akan hakikat kita sebagai makhluk ciptaan Allah akan semakin besar.

Buku ini banyak mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah. Dan kesemuanya yang ada dalam diri kita kelak akan dipertanggungjawabkan. Maka harus kita kontrol dalam pengaplikasian di kehidupan sehari-hari.

Saya rekomendasikan untuk semua kalangan membaca buku ini. In syaa Allah mampu menambah keimanan kita. Semangat memperbaiki diri, memupuk keistiqomahan dalam jiwa.

~Salam Cinta
Kelompok 5 Riset LPKM UIN Sumatera Utara.
Mentor: Kak Andini Aprilia

Rabu, 25 Maret 2020

“COVID-19: Waspada Perlu, Panik Tidak Perlu”

“COVID-19: Waspada Perlu, Panik Tidak Perlu”


Saat ini, dunia sedang dihebohkan dengan Virus Corona. Sebelum
melangkah jauh, apa sih sebenarnya virus Corona itu? WHO secara resmi
mengumumkan virus Corona, COVID-19 sebagai pandemi. Penyebarannya lebih
mudah dan cepat di antara manusia. Pasien pengidap virus Corona tidak dapat
diketahui secara langsung, melainkan dilihat dari gejala awal seperti batuk, flu,
radang tenggorokan, maupun sesak nafas. Untuk pencegahan agar terhindar dari
virus Corona yang paling penting ialah menjaga daya tahan tubuh (imunitas
tubuh) dengan berolahraga, makanan bergizi seimbang, konsumsi vitamin, dan
hindari kontak langsung dengan orang lain. Selain itu, dapat dilakukan dengan
menjaga wudhu, rajin mencuci tangan menggunakan handsanitizer atau sabun
cuci tangan cair.
Siapa yang bisa menjamin kita tidak terjangkit virus Corona? Oleh
karenanya kewaspadaan perlu ditingkatkan, sebab virus Corona dapat berada di
mana saja dan dapat menginfeksi kapan saja. Virus Corona dapat bertahan
berjam-jam bahkan berhari-hari pada benda-benda di sekitar kita.
Dikutip dari CNN Indonesia (19/03/2020) Jaksa Agung, Sanitiar
Burhanuddin memerintahkan para jaksa di seluruh Indonesia agar memberikan
tuntutan pidana semaksimal mungkin bagi para oknum terutama penimbun
masker dan sembako yang memanfaatkan kesempatan di tengah wabah COVID-
19 di Indonesia. Dalam Islam sendiri hal itu diharamkan. Kandungan QS. Az-
Zalzalah: 7-8 meliputi banyak hal, salah satunya pelaksanaan distribusi dalam
berdagang bertujuan untuk saling memberi manfaat dan menguntungkan satu
sama lain dengan adil dan jujur sebab sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan
akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Tak sampai disitu, ada yang mengalami panic buying. Oke, kita hanya bisa
berusaha maksimal, dawamkan doa dan tawakkal pada-Nya. In syaa Allah kita
semua dilindungi Allah Swt. Waspada perlu, panik tidak perlu, mari kita bekerja
sama menyukseskan program pemerintah 14 hari di rumah. #StayAtHome dengan hal-hal positif mampu memutus rantai COVID-19.
~Penulis adalah pegiat literasi di FLP Medan dan LPKM UIN SU