Selasa, 18 Agustus 2020

Dampak Covid-19 di Dunia Pendidikan

 Di seluruh dunia bahkan sudah menembus angka 6,2 juta jiwa yang positif terkena virus tersebut di seluruh belahan dunia sedangkan di Indonesia sendiri sudah pada angka 28,2 ribu orang mulai dari  usia lanjut sampai anak-anak sudah menjadi korban keganasan virus ini. Keganasan wabah tersebut hampir berdampak pada semua sektor di Indonesia, salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah sektor pendidikan. 

Sehingga pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia mengambil langkah cepat dan antisipasi dini dengan menetapkan semua proses belajar mengajar mulai dari tingkat pendidikan tinggi hingga dasar di lakukan dari rumah atau secara daring, hal tersebut sebagai upaya pencegahan penularan wabah yang masif dan sangat cepat mengingat sekolah merupakan salah satu tempat berkumpulnya manusia dalam jumlah banyak

Di tengah keadaan dan kondisi sekarang, kreatifitas dan keaktifan para orang tua harus hadir utamanya saat pembelajaran yang dialihkan bersama orang tua di rumah. Setiap kegiatan pengajaran yang dilakukan bersama anak haruslah dengan cara yang asyik dan menyenangkan bagi anak yaitu dengan konsep bermain. 

Jika para orang tua tidak dapat membuat suasana asyik dan menyenangkan, akan berakibat kepada kejenuhan/kebosanan, dan berujung pada masalah perilaku seperti tantrum pada anak, atau anak akan beralih kepada aktivitas-aktivitas yang bersifat pasif dengan bermain handphone/gadget, dan menonton televisi dalam jangka waktu yang lama. 

Aktivitas-aktivitas pasif yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama tersebut akan memiliki pengaruh yang negatif dan buruk terhadap perkembangan anak, di antaranya rendahnya kreativitas yang dimiliki anak, kurangnya waktu tidur, meningkatnya obesitas pada anak dan banyak masalah lainnya yang disebabkan oleh aktivita Pandemi Covid-19 berimbas pada perekonomian masyarakat, terutama pekerjaan informal yang rentan berkurang pendapatannya hingga sampai kehilangan mata pencaharian lantaran tidak bisa kemana-mana dan sepinya permintaan di masa pandemi ini.

Salah satu pembelajaran yang merupakan dasar keilmuan namun menjadi sulit untuk diajarkan dan menjadi momok bagi banyak kalangan orang tua ialah mengajarkan matematika sejak dini, aktivitas di lapangan lebih cenderung kepada aktivitas baca, tulis, hitung (calistung) yang lebih dominan. Hal ini juga menyebabkan keterpaksaan secara kognitif sehingga terjadinya stress akademik kepada anak karena kurangnya unsur bermain dalam mengajarkan matematika kepada anak usia dini.

Implemetasi kegiatan pemebelajaran matematika cukup menyulitkan siswa dan guru saat pandemi Covid-19, apalagi siswa harus belajar dari rumah. Belajar jarak jauh di rumah berarti orang tua memiliki peran penting untuk memantau kegiatan anak di rumah selama sekolah diliburkan, apalagi kalau siswa diajak belajar matematika dalam jaringan (daring

). 

Sudah saatnya guru meninggalkan proses pembelajaran yang mengutamakan hafalan atau menemukan satu jawaban soal yang benar. Metode pembelajaran era globalisasi saat ini, pemanfaatan teknologi sangat dibutuhkan untuk pengembangan media dan multimedia pembelajaran matematika.


Pembelajaran matematika bagi anak usia dini akan lebih ringan dan mudah bila belajar matematika menggunakan pendekatan yang sederhana yaitu dekat dengan konteks kehidupan sehari-hari dari lingkungan anak. Terlebih dalam situasi, kondisi, dan suasana sekarang, anak memiliki kesempatan yang banyak dalam belajar mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan yang menunjang pengetahuan kognitif mereka di rumah yang bermanfaat bagi pengalaman anak. 

Keluarga dalam hal ini orang tua dapat membantu pengenalan konsep matematika yang baru baik di masa sekarang maupun masa mendatang. Namun kebanyakan dari orang tua kurang menyadari pembelajaran matematika dapat ditemukan dalam kegiatan sehari-hari.

Cara yang dapat digunakan orang tua dalam pembelajaran matematika sederhana untuk membuat penemuan-penemuan baru yaitu berhitung dengan jari, ketika anak mengalami kesalahan dalam menghitung jari menjadi empat jumlahnya dalam satu waktu dan menjadi lima dalam waktu lain, hal tersebut merupakan sebuah perilaku matematika (mathematical behaviour), kesalahan terjadi karena anak berada pada tahapan matematika yang tidak logis.  

Selanjutnya dalam permbelajaran matematika tentang konsep jarak dan waktu dapat dilakukan dengan melihat kilometer sepeda motor/mobil ayah saat berangkat dan pulang dari suatu tempat. Pembelajaran angka dan pengenalan konsep bilangan dapat dilakukan dengan menghitung jumlah benda yang ada pada ruang tamu seperti kursi, meja, lemari dan sekaligus mengenalkan kosep besar-kecil, jauh-dekat, tinggi-rendah. Yang lebih sederhana lagi dapat menghitung langkah ketika masuk ke dalam kamar, hal sederhana tersebut menjadikan matematika merupakan bagian dari aktivitas keseharian anak di rumah.

Kita harus pandai menyiasati dampak Covid-19 di dunia pendidikan. Sebab, bila kita terlena dengan keadaan, bukan tidak mungkin akan tertinggal jauh.